Pada suatu malam, sekawan perampok pergi ke sebuah tempat untuk merampas setiap kafilah (rombongan) yang lewat. Ketika malam kian pekat para perampok pun mencari tempat untuk istirahat. Kebetulan saja ditengah padang pasir ada sebuah ribath (pemondokan kaum sufi atau orang faqir). “Tok,tok,tok” mereka mengetuk.
“Siapa itu?” Tanya orang-orang yang ada didalam ribath. Kami adalah sepasukan perang “jawab para perampok itu berbohong”. Malam ini kami ingin menginap di ribath kalian.
Orang-orang membukakan pintu, dan para perampok pun langsung kedalam. Mengetahui yang datang itu adalah para mujahid, maka para pemilik ribath menyuguhkan makanan dan minuman serta menyiapkan tempat tidur. Dia melakukan itu semua karena mengharap pahala dari Allah SWT. Dan ingin mendapatkan barokah (tabarruk) dari mereka. Untuk itu, dia mengambil sisa minuman dan air bekas bersuci para mujahid (eh, para Perampok).
Pemilik ribath itu mempunyai seorang anak yang lumpuh kakinya. Dia tidak bisa berdiri. Karena mereka yakin bahwa yang datang itu para mujahid, maka segera saja pemilik ribath tersebut memanggil istrinya sembari menyodorkan sisa minuman dan air bekas bersuci untuk mengosok-gosokan di badan anaknya yang cacat. “ siapa tahu Allah SWT. Akan menyembuhkan penyakit lumpuhnya dengan barokah para mujahid in”i, kata pemilik ribath kepada istrinya.
Istri pemilik ribath itu pun menuruti saja perintah suaminya. Dia segera mengosok-gosokan sisa minuman dan air bekas bersuci para perampok itu ke tubuh anaknya yang lumpuh.
Malam itu tak ada kejadian aneh, malam merayap pelan seperti biasa. Para perampok itu juga tidur dengan nyenyaknya, tak peduli dengan sisa makanan yang disantapnya. Mereka pun tidak peduli dengan kesalah pahaman pemilik ribath dengan sisa makanan dan minuman juga air bekas bersuci mereka. Yang mereka tahu, makanan dan minuman itu telah membuat tidur mereka semakin lelap.
Setelah pagi tiba, maka para perampok itu segera berpamitan. Mereka tidak merampok rumah itu, karena dilihatnya rumah tersebut dihuni oleh orang-orang miskin. Mereka tidak langsung pulang, namun menuju ke tempat mereka menaruh hasil rampasan.
Sore harinya, mereka para perampok itu kembali ke ribath tadi. Entah apa maksudnya. Namun betapa terkejutnya para perampok tersebut tatkala melihat anak pemilik ribath yang lumpuh itu, kini sudah bisa berjalan. “Ini anak yang tadi malam kami lihat lumpuh?” Tanya mereka dengan heran.
“Benar”, jawab pemilik ribath
“Bagaimana dia bisa sembuh dari lumpuhnya?” Tanya para perampok menyelidik.
“Saya mengambil sisa minuman dan air bekas bersuci kalian”, jawab pemilik ribath menerangkan. Lantas setelah itu kami menggosokannya keseluruh tubuhnya. “Alhamdulillah Allah SWT. Mengabulkannya dengan barokah kalian”.
Mendengar penuturan seperti bukan main terkejutnya para perampok itu. Hati kawanan perampok yang keras bagai batu itu tiba-tiba meleleh mendengar kata-kata yang lugu dari pemilik ribath tersebut. “Tuan kami ini bukan para mujahid”, kata para perampok itu mengaku. Kami adalah kawanan perampok yang tadi malam baru kembali dari merampas kafilah. Walaupun begitu, Allah SWT, telah menyembuhkan anak anda berkat niat baik anda. Karena itu saksikanlah kami bahwa sekarang kami menyatakan tobat kepada Allah SWT.
Sejak itu kawanan perampok itu telah menghentikan kegiatannya. Mereka telah kembali kejalan yang benar lantaran peristiwa tersebut. Bahkan untuk selanjutnya mereka menjadi para mujahid sungguhan di jalan Allah SWT. Hingga mereka wafat.
Begitulah kekuatan sebuah niat. Atau lebih tepat lagi, kekuatan perasangka baik ( keyakinan ) kepada Allah SWT. Hal ini selaras dengan firman Allah yang terdapat dalam hadis qudsi “Aku sesuai dengan persangkaan hamba-Ku kepada-Ku”. Jadi bila seseorang mempunyai keyakinan yang kuat, dilandasi dengan iman yang kuat, Allah SWT. Akan mengabulkan doanya. Bukan karena air atau apapun lainnya, tetapi karena keyakinannya itu.
Wallaahu ‘alam
Senin, 15 Desember 2008
KEKUATAN SEBUAH NIAT
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
in uriidu illa al ishlah