Di antara wujud syukur yang harus kita tampakkan adalah menjaga ketakwaan dan meningkatkannya kepada kesempurnaan iman. Hal ini dengan mengamalkan seluruh perintah Allah dan menjauhi semua laranganNya. Namun mungkinkah kita mengenal perintah dan larangan Allah tanpa ilmu?
Oleh karena itu, dalam mimbar yang mulia ini, saya menyeru pribadi saya dan hadirin sekalian untuk bertakwa dan belajar banyak tentang perintah dan larangan Allah, agar dapat mewujudkan ketakwaan dan keimanan yang lebih sempurna.
Agama Islam sebagai agama yang sempurna, indah dan menyejukkan, telah menjadikan ilmu sebagai sumber kejayaan, dan kejahilan sebagai simbol kejumudan, kesengsaraan dan keterbelakangan. Karenanya kita temukan dalam ajaran Islam kewajiban belajar dan berilmu, seperti disampaikan Rasulullah dalam sabdanya,
طَلَبُ الْعِلْمِ فَرِيْضَةٌ عَلَى كُلِّ مُسْلِمٍ.
"Menuntut ilmu adalah wajib bagi setiap Muslim." (HR. Ibnu Majah dan dishahihkan al-Albani dalam Shahih Sunan Ibnu Majah).
Tidak hanya berhenti sampai di sini saja, bahkan Islam mencela dan menyalahkan orang yang berbicara dan beramal tanpa ilmu, seperti difirmankan Allah Ta’ala,
قُلْ إِنَّمَا حَرَّمَ رَبِّيَ الْفَوَاحِشَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ وَالإِثْمَ وَالْبَغْيَ بِغَيْرِ الْحَقِّ وَأَن تُشْرِكُواْ بِاللّهِ مَا لَمْ يُنَزِّلْ بِهِ سُلْطَاناً وَأَن تَقُولُواْ عَلَى اللّهِ مَا لاَ تَعْلَمُونَ
"Katakanlah, 'Rabbku hanya mengharamkan perbuatan yang keji, baik yang nampak ataupun yang tersembunyi, dan perbuatan dosa, melanggar hak manusia tanpa alasan yang benar, (mengharamkan) mempersekutukan Allah dengan sesuatu yang mana Allah tidak menurunkan hujjah untuk itu dan (mengharamkan) mengada-adakan terhadap Allah apa yang tidak kamu ketahui'." (Al-A'raf: 33).
Firman Allah dalam ayat di atas, adalah larangan yang bersifat umum dari berbicara dalam masalah agama tanpa dasar ilmu. Demikian juga Allah Ta’ala melarang kita beramal dan berkata dengan taklid dan mengekor pendapat orang lain tanpa mengetahui dasarnya. Allah Ta’alaberfirman,
وَلاَ تَقْفُ مَا لَيْسَ لَكَ بِهِ عِلْمٌ إِنَّ السَّمْعَ وَالْبَصَرَ وَالْفُؤَادَ كُلُّ أُولـئِكَ كَانَ عَنْهُ مَسْؤُولاً
"Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan dimintai pertanggungan jawabannya." (Al-Isra` : 36).
Semua ini tentunya menjadikan kita berhati-hati dalam berkata dan berbuat, sebab akibatnya fatal bila kita berbicara dan berbuat tanpa dasar ilmu yang jelas.
Islam memandang bahwa perkataan dan perbuatan itu dihukumi benar dan diterima bila dilandasi dengan ilmu. Oleh karena itu, Imam al-Bukhari membuat judul salah satu bab dalam Shahihnya dengan "Bab al-Ilmu Qabla al-Qaul wa al-Amal" (Bab yang menje-laskan harusnya berilmu sebelum berkata dan berbuat). Beliau berdalil dengan Firman Allah Ta’ala,
فَاعْلَمْ أَنَّهُ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَاسْتَغْفِرْ لِذَنبِكَ وَلِلْمُؤْمِنِينَ وَالْمُؤْمِنَاتِ وَاللَّهُ يَعْلَمُ مُتَقَلَّبَكُمْ وَمَثْوَاكُمْ
"Maka ketahuilah, bahwa sesungguhnya tidak ada Ilah (yang haq) selain Allah dan mohonlah ampunan bagi dosamu dan bagi (dosa) orang-orang Mukmin, laki-laki dan perempuan. Dan Allah mengetahui tempat kamu berusaha dan tempat kamu tinggal." (Muhammad 19).
Dalam ayat yang mulia ini, Allah q memulainya dengan perintah berilmu sebelum berkata dan beramal.
Jelaslah di sini bahwa Imam al-Bukhari menjadikan ayat ini sebagai dasar kewajiban berilmu sebelum berkata dan beramal. Ini menunjukkan bahwa seseorang harus mengetahui atau berilmu dahulu baru kemudian berkata atau beramal. Mengapa demikian?
Sebab perkataan dan perbuatan tidak akan sah dan diterima oleh Allah kecuali bila sesuai syariat. Seseorang tidak mungkin bahwa mengetahui amalan dan perkataannya telah sesuai syariat kecuali dengan ilmu.
Dengan demikian, seorang Muslim harus belajar dan menuntut ilmu, agar seluruh perkataan dan perbuatannya berdasarkan ilmu dan bashirah, apalagi dalam berdakwah. Sehingga dengannya kita dapat menjadi pengikut Rasulullah a dan dapat meniti jalan dakwah beliau a. Ingatlah Firman Allah Ta’ala,
قُلْ هَـذِهِ سَبِيلِي أَدْعُو إِلَى اللّهِ عَلَى بَصِيرَةٍ أَنَاْ وَمَنِ اتَّبَعَنِي وَسُبْحَانَ اللّهِ وَمَا أَنَاْ مِنَ الْمُشْرِكِينَ
"Katakanlah, 'Inilah jalan (agama)ku, aku dan orang-orang yang mengikutiku mengajak (kamu) kepada Allah dengan hujjah yang nyata. Mahasuci Allah, dan aku tiada termasuk orang-orang yang musyrik'."(Yusuf : 108).
Selasa, 25 Agustus 2009
ILMU DAN AMAL
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
in uriidu illa al ishlah